Kamis, 19 Juni 2008

Kain Songket Dalam Pernikahan Adat Palembang















Oleh: Djohan Hanafiah (Budayawan Palembang)


Dapat dipahami jikalau pada zaman kesultanan Palembang , yang berhak memakai kain songket buatan wanita – wanita bangsawan adalah golongan bangsawan itu sendiri . Siapa pemakainya pun ditentukan oleh corak dan warna songket tersebut serta kedudukan nya didalam keraton.

Didalam dokumen keraton tahun 1792 merupakan list the marks of dignity at court ,specifying the color, design and material of clothing.

Selain ditentukan siapa saja yang behak memakai jenis dan warna serta kwalitas pakaian termasuk songket nya ,juga diatur kapan dan dimana –pakaian tersebut dipergunakan. Songket dipakai untuk upacara seremonial dan juga upacara ritual.

Selain itu songket merupakan barang berharga untuk pemberian dalam upacara adat perkawinan, harkat martabat keluarga yang mengadakan perkawinan itu tergambar dari enjukan (pemberian) dari pihak keluaraga calon penganten pria kepada calon penganten perempuan.

Contoh nya antara lain adalah enjukan yang tertinggi nilai nya adalah adat berangkat 3 turun yang terdiri dari :
A) Mas kawin
B)
Seturun pertama berisi Selembar selendang songket, Baju kurung songket tabur, Selembar kain songket pulir.
C)
Seturun Kedua berisi Selembar selendang teretes mider, Baju kurung angkinan, Selembar kain songket cukitan
D)
Seturun ketiga berisi Selembar selendang jando penganten, Baju kurung bludru giwang, Kain songket bungo inten kembang patra beras.
E)
Duit timbang tamat mengaji ,sebanyak jumlah uang yang diberikan kepada guru ngaji .
F) Pengiring nya terdiri dari : uang sebanyak Rp.40,- dan manggis dari kertas sebanyak 24 buah
G)
Dua lembar kain panjang untuk dodot

Disamping enjukan yang berkualitas sangat tinggi nilai nya, tentunya ada enjukan yang berkualitas menengah seperti adat berangkat adat mudo, pun enjukan yang bersifat sederhana seperti adat tebas, bahkan ada yang bersifat apa saja asal perkawinan terjadi , yang dikenal sebagai adat buntet kadut .

Foto: "Adis Songket Palembang"

Rabu, 11 Juni 2008

Sejarah Kain Songket Palembang


Oleh: Djohan Hanafiah (Budayawan Palembang)

Produk kain songket telah lama sekali ada di Palembang. Produk Songket ini telah ada di zaman sriwijaya, barangkali besar kemungkinannya, karena ada beberapa penulis telah meyakininya. Bukti – bukti itu dapat dilihat pada pakaian arca-arca di kompleks percandian di tanah abang, kabupaten Muara Enim, Sumatera selatan.

Candi di tanah abang ini diperkirakan didirikan pada abad ke 11 dan 12, merupakan candi Hindu. Akan tetapi pada temuan terbaru (September 2001), dijumpai beberapa arca Budha, sehingga berkemungkinan candi ini telah ada sejak zaman sriwijaya (abad ke 7 sampai 11)

Pada zaman kesultanan Palembang Darusalam (abad ke 15 s/d 19), kain dengan tenunan benang emas ini sangat popular di kalangan bangsawan dan keraton Palembang. Menurut Barbara Watson Andaya: In itself, weaving by noble women was not a new development . Some weaving had always been done in the court, because it was considered a female accomplishment and because cloth woven by royal women was felt to have a special significance …………..In the seventeenth century royal women in jambi and palembang had occasionally asked for gifts of goal thread, even specifying the desired thickness. Imports of gold thread and raw material silk from china are intermittently mentioned, and in 1640 the ruler of jambi presented then Dutch Resident with “A gilded silk cloth “woven by his wife.

Masih menurut Barbara W Andaya, tenun benang emas Palembang lebih bagus dibanding dengan Jambi “However, it was Palembang that weaving of high quality luxury fabrics by noble women become established “. Hal ini disebabkan sejak tahun 1640 ekonomi jambi telah jauh tertinggal dibanding dengan Palembang.

Foto: "Adis Songket Palembang"

Kamis, 05 Juni 2008

Kain Bangsawan Palembang

Songket adalah jenis kain dari Palembang yang paling terkenal. Benang emas yang ditenun membentuk berbagai motif memberi kesan mewah. Lalu ada ikat, jumputan, dan bahkan batik. Tiga ragam hias yang pertama kerap dipadukan di dalam selembar kain, sementara batik hampir-hampir tidak lagi dibuat di Palembang.

Meski menurut kamus wikipedia, songket adalah jenis kain tenunan tradisional Melayu yang berasal dari Indonesia dan Malaysia, namun walau bagaimanapun Songket identik dengan Palembang. Songket Palembang ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi.

Asal-usul kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak. Akibatnya, jadilah songket.

Kain songket ditenun pada mesin tenun. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper.

Ditilik dari harganya, songket tidak dimaksudkan hanya untuk masyarakat berada saja karena harganya yang bervariasi dari yang biasa dan terbilang murah, hingga yang eksklusif dengan harga yang sangat tinggi.

Foto: "Adis Songket Palembang"

Rabu, 04 Juni 2008

Keragaman Kain Palembang

Kain Songket
Kain songket umumnya dikenakan pada acara adat dan acara resmi, serta berbagai tarian khas. Kain songket mempunyai banyak motif dan warnah, yang umumnya berwarna cerah., serta mengambarkan keceriaan dan keriangan masyarakat Sumatera Selatan. Kain ini terbuat dari benang emas yang di datangkan dari Cina & Singapore. Kain songket tidak dibuat dalam pabrikan, namun ditenun dengan tangan oleh pengrajin tradisional.

Kain Jumputan
Terbuat dari sutera, pada zaman dahulu kain ini khusus dipakai oleh parah gadis Palembang, sekarang kain ini dapat dipakai dalam berbagai upacara adat Palembang dan acara resmi lainnya. Kain jumputan mempunyai paduan warna yang sangat khas yang umumnya berwarna mencolok seperti merah, hijau dan kuning.

Kain Blongsong
Inilah jenis kain hasil tenunan sutra maupun benang katun biasa, yang lazimnya digunakan oleh para wanita dewasa atau ibu-ibu muda. Kain ini biasanya dipakai untuk upacara adat

Kain Tajung
Khususnya dipakai oleh kaum pria dewasa. Biasanya kain ini dipadankan dengan stelan jas atau pakaian teluk belango untuk memperindah tampilan keseluruhan. Kain ini dapat digunakan saat pesta adatdan acara resmi lainnya. Biasanya terbuat dari tenunan kain sutra dengan motif dan warna menarik.

Sumber Foto: Okezone.com

Senin, 02 Juni 2008

Songket "Hand-Woven"

Songket is a fabric that belongs to the brocade family of textiles. It is hand-woven in silk or cotton, and intricately patterned with gold or silver threads. The metallic threads stand out against the background cloth to create a shimmering effect. In the weaving process the metallic threads are inserted in between the silk or cotton weft (latitudinal) threads.

In Indonesia, songket is produced in South of Sumatra (Palembang) and some of region such us Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok and Sumbawa. Outside of Indonesia, further production areas include the east coast of the Malay Peninsula and Brunei.
Historically, production was located in politically significant kingdoms because of the high cost of materials; the gold thread used was originally wound with real gold leaf.

foto: penenun adis songket

Selasa, 13 Mei 2008

OUR PRODUCT 2






Senin, 12 Mei 2008

OUR PRODUCT 1





Songket Benang Kristal Pink Cantik Manis Limar Pinggir


1 Set Songket ini ( Sewet + Selendang Tanggung ) Menggunakan Benang Sutra Asli dan Benang Mas Bangkok/Kristal No.1 yang di impor dari Thailand.

HARGA: Rp. 1.800.000 (Belum termasuk diskon dan ongkos kirim)

Minggu, 11 Mei 2008

Aneka Sewet Palembang

Sewet adalah sama dengan kain batik panjang ataupun kain sarung baik dipakai untuk wanita maupun pria. Sewet untuk wanita biasanya dipakai bersama kemben (selendang). Bahan yang dipakai untuk membuat sewet Palembang ini hampir semunya dari bahan sutera dengan hiasan benang emas, cat perado (cat perak), dan benang sutra.

Karena cara penunannya dan bahannya yang mahal, sewet Palembang kelihatan anggun dan harganyapun tingg. Karena itu sewet Palembang hanya dipakai pada hari-hari tertentu saja, seperti pada upacara perkawinan dan upacara-upacara resmi lainnya. Jenis sewet itu sendiri bermacam-macam jenisnya. Disamping kain/ sewet songket terdapat beragam jenis kain lain antara lain:

Sewet Tajung, Sewet Tajung ada beberapa macam, yaitu Tajung Blongsong (dipakai oleh orang Perempuan, biasanya ada kembennya). Tajung gebeng (khusus untuk pria). Tajung Rumpak (kain tajung dengan taburan benang emas). Sewet tajung ini juga termasuk sewet yang anggun, karena bahannya dari sutera dan cara pembuatannya sampai saat ini yang terbaik adalah dengan cara ditenun secara tradisional. Tajung dengan cara tradisional ini harganya lebih mahal di bandingkan dengan tenunan alat tenun bukan mesin (ATBM). Pemakaian tajung inipun di pakai pada waktu kondangan (Hajatan pernikahan dan sebagainya).

Sewet Pelangi, Sewet Pelangi biasanya dikenal juga dengan nama sewet jemputan. Cara pembuatannya, bahannya kain sutera, dengan cat yang tidak luntur, harga sewet pelangi ini cukup mahal. Pada waktu ini sewet ini juga dipakai untuk kondangan. Dulu bila orang Palembang akan membangun rumah, maka di atap yang baru dipasang, biasanya digantungkan pisang emas, kelapa, dan kendi berisi air. Pelengkapnya dipasang bendera kemben pelangi.

Sewet Peradan / Perado, Sewet Peradan (Perado) ini merupakan kain ukiran yang di beri cat Perado. Kadang – kadang kainnya adalah kain batik yang bagus dan halus. Harganya juga cukup mahal. Dan sewet tersebut di pakai juga untuk kondangan.

Sewet Batik Palembang, batik Palembang ini mempunyai cirri khas, motif-motifnya halus dan kalem dengan warna manggis. Sewet Batik Palembang yang terkenal adalah Sewet Batik Jupri dan Sewet Lasem. Batik Palembang ini motifnya khusus di design dengan seni dan motif Palembang, sedangkan cara pembuatannya sama seperti batik jawa.

Kain Jumputan
Terbuat dari sutera, pada zaman dahulu kain ini khusus dipakai oleh parah gadis Palembang, sekarang kain ini dapat dipakai dalam berbagai upacara adat Palembang dan acara resmi lainnya. Kain jumputan mempunyai paduan warna yang sangat khas yang umumnya berwarna mencolok seperti merah, hijau dan kuning.

Kain Blongsong
Inilah jenis kain hasil tenunan sutra maupun benang katun biasa, yang lazimnya digunakan oleh para wanita dewasa atau ibu-ibu muda. Kain ini biasanya dipakai untuk upacara adat

Kain Tajung
Khususnya dipakai oleh kaum pria dewasa. Biasanya kain ini dipadankan dengan stelan jas atau pakaian teluk belango untuk memperindah tampilan keseluruhan. Kain ini dapat digunakan saat pesta adatdan acara resmi lainnya. Biasanya terbuat dari tenunan kain sutra dengan motif dan warna menarik.

Nilai Budaya Songket Palembang

Tenun Songket Palembang, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: kesakralan, keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran.

Nilai kesakralan tercermin dari pemakaiannya yang umumnya hanya mengenakannya pada peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan upacara, seperti perkawinan, upacara menjemput tamu dan lain sebagainya. Nilai keindahan tercermin dari motif ragam hiasnya yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin akan terwujud sebuah tenun songket yang indah dan sarat makna.

[1] Gun dapat dibagi menjadi dua yaitu: gun pengenyit yang digunakan untuk mengangkat benang yang akan dijadikan sebagai dasar konstruksi kain (polos) dan gun kembang yang digunakan untuk mengangkat benang yang akan dijadikan sebagai motif songket.

[2] Benang emas yang digunakan untuk kain tenun songket Palembang ada 3 jenis, yaitu: benang emas cabutan, benang emas sartibi, dan benang emas bangkok. Benang emas yang pertama diperoleh dari kain songket antik yang sebagian kainnya sudah rusak.. Benang emas ini masih kuat karena dibuat dari benang katun yang, konon, dicelupkan ke dalam cairan emas 24 karat Benang emas yang kedua adalah benang emas sintetis yang diimpor dari Jepang. Jenis benang ini halus, tidak mengkilap, dan hasil tenunannya ringan. Sedangkan, benang emas yang ketiga yaitu benang emas Bangkok yang mengkilap dan diimpor dari Bangkok (Thailand).

[3] Dahulu, kain songket tradisional dicelup dengan warna-warna yang didapat dari alam, dan teknik ini diteruskan ke anak cucu secara turun temurun. Biasanya warna merah, didapat dari pengolahan kayu sepang dengan jalan mengambil inti kayunya dan direbus, dan mengkudu, yang didapat dari akarnya. Warna biru didapat dari indigo, warna kuning didapat dari dari kunyit. Untuk mendapatkan warna sekunder seperti hijau, oranye dan ungu, dilakukan percampuran cat dari warna primer merah,biru dan kuning. Untuk mencegah agar warna tidak luntur atau pudar pada waktu pencelu.

Adat Menggunakan Songket Palembang

Dalam bukunya, Djohan hanafiah mengatakan dapat dipahami jika pada zaman Kesultanan Palembang, yang berhak memakai kain buatan wanita – wanita bangsawan adalah golongan bangsawan itu sendiri. Siapa pemakainya pun ditentukan oleh corak dan warna songket tersebut serta kedudukannya di dalam keraton. Di dalam dokumen keraton tahun 1792 merupakan list the marks of dignity at court, specifying the color, design and material of clothing.

Selain ditentukan siapa saja yang behak memakai jenis dan warna serta kwalitas pakaian termasuk songketnya, juga diatur kapan dan dimana –pakaian tersebut dipergunakan. Songket dipakai untuk upacara seremonial dan juga upacara ritual. Selain itu songket merupakan barang berharga untuk pemberian dalam upacara adat perkawinan.

Songket Palembang Untuk Pernikahan
Harkat martabat keluarga yang mengadakan pernikahan tergambar dari enjukan (pemberian) dari pihak keluaraga calon pengantin pria kepada calon pengantin perempuan. Contohnya antara lain adalah enjukan yang tertinggi nilai nya adalah adat berangkat 3 turun yang terdiri dari:
A) Mas kawin
B) Seturun pertama berisi :
- Selembar selendang songket
- Baju kurung songket tabur
- Selembar kain songket pulir
C) Seturun Kedua berisi
- Selembar selendang teretes mider
- Baju kurung angkinan
- Selembar kain songket cukitan
D) Seturun ketiga berisi
- Selembar selendang jando penganten
- Baju kurung bludru giwang
- Kain songket bungo inten kembang patra beras
E) Duit timbang tamat mengaji, sebanyak jumlah uang yang diberikan kepada guru ngaji.
F) Pengiring nya terdiri dari : uang sebanyak Rp.40,- dan manggis dari kertas sebanyak 24 buah
G) Dua lembar kain panjang untuk dodot

Disamping enjukan yang berkualitas sangat tinggi nilainya, tentunya ada enjukan yang berkualitas menengah seperti adat berangkat adat mudo. pun enjukan yang bersifat sederhana seperti adat tebas. Bahkan ada yang bersifat apa saja asal perkawinan terjadi, yang dikenal sebagai adat buntet kadut.

Motif Songket Palembang

Teknik dan jenis serta kualitas kain yang ditenun mempunyai istilah tersendiri, yaitu dikenal sebagai songket limar dan lepus.

Yang dimaksud dengan lepus adalah kain songket yang kainnya sepenuhnya adalah cukitan (sulaman) benang emas. Benang emasnya dengan kualitas tinggi didatangkan dari China. Kadangkala benang emas ini diambil dari kain songket yang sudah sangat tua (ratusan tahun) karena kainnya menjadi rapuh, benang emas disulam kembali kekain yang baru. Kualitas jenis songket lepus merupakan kualitas yang tertinggi dan termahal harganya.

Limar adalah kain sonket yang menurut sejarawan dan budayawan inggris R.O Windstedt yang menekuni kehidupan di nusantara pada zaman kolonial, yaitu: its colours are rich blend of reds ,yellows ,and greens .the shape of the pattern. If closely inspected, bearing a distinct resemblance to the “lime “ (limau) from which it has acquired its name.

Pendapat lain percaya bahwa nama limar timbul karena banyak nya bulatan 2 kecil dan percikan yang membentuk sebuah motif yang menyerupai tetesan air jeruk yang diperas. Menurut Mubin Sheppard: that kain limar is often in correctly spelt limau, with which it has no connexion. Sedangkan di Palembang limar itu lebih diartikan sebagai suatu teknik, is known as a process of dyeing threads.

Tumpal atau kepala kain, merupakan bagian pada kain yang berada di tengah bentangan kain, bagian kain yang lain disebut badan kain. Sedangkan pada selendang, tumpal berada dibentang kan kanan dan kiri badan kain .Tumpal biasa nya berukuran ¼ bagian dari bentangan kain songket. Motif sulaman pada tumpal adalah pucuk rebung.

Rumpak ( bumpak ) adalah kain songket untuk pria, motif pada kain tersebut tidak penuh seperti pada songket untuk wanita ,kepala kain atau tumpal pada rumpak disaat pemakaiannya berada di belakang badan ( pinggul ke bawah sampai dibawah dengkul: kalau sipemakai telah kawin). Kebalikannya dengan wanita, dimana tumpal berada didepan yaitu dari pinggul sampai mata kaki .rumpak jika di pakai oleh pemuda (belum kawin), maka kain tersebut menggantung sampai di atas lututnya.

Tanjak adalah kain songket persegi empat yang dibuat khusus untuk menutup kepala laki-laki sepasang dengan kain rumpak. Biasanya kain ini dibuat sepasang dengan kain rumpak, yaitu warna dan motifnya adalah sama satu sama lain. Pada awalnya tanjak dibuat dari kain batik, bukan dari songket.

Motif kain songket amat beragam, apalagi pada saat ini dimana kreasi-kreasi baru para pengrajin sangat imaginatif. Akan tetapi motif utama songket adalah:
· Bunga intan
· Tretes minder
· Janda beraes
· Bunga cina
· Bunga paciek

Sumber lain mengatakan bahwa Motif hias songket biasanya berbentuk geometris atau hasil stilisasi dari flora dan fauna, yang masing-masing mempunyai arti perlambangan yang baik. Misalnya bunga cengkeh, bunga tanjung, bunga melati dan bunga mawar yang wangi yang melambangkan kesucian, keanggunan, rezeki dan segala kebaikan

Motif benang emas yang rapat dan mendominasi permukaan kain disebut songket LEPUS, sedangkan yang motif emasnya tersebar disebut songket TABUR. Pada tepi kain biasa dibuat motif tumpal, segitiga atau segi tiga terputus, yang disebut motif pucuk rebung. Tunas rebung yang tumbuh menjadi batang bambu yang kuat dan lentur, tidak tumbang diterpa angin ini melambangkan harapan yang baik.

Kain tiga negeri. Kain ini dari tiga bagian warna yaitu biru, hijau dan merah. Di bagian tepi motif tumpal berwarna merah, di tengahnya kain limar bermotif bunga tabung. Di bagian paling tengah berwarna hijau bermotif bunga bintang berantai.

Kekayaan alam Palembang sangat mempengaruhi terciptanya ragam hias dengan pola-pola yang mengagumkan. Sekali pun ragam hiasnya tercipta dari alat yang sederhana, namun tenunannya merupakan karya seni yang amat tinggi nilainya. Jadi, songket bukanlah hanya sekedar kain, melainkan telah menjadi suatu bentuk seni yang diangkat dari hasil cipta, rasa dan karsa penenunnya. Motif-motif ragam songket Palembang pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu: motif tumbuh-tumbuhan (terutama bentuk stilisasi bunga-bungaan), motif geometris dan motif campuran antara tumbuh-tumbuhan dan geometris.

Motif-motif tersebut dari dahulu hingga sekarang diwariskan secara turun-temurun, sehingga polanya tidak berubah, karena cara memola motif itu sendiri hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu, dan tidak setiap penenun dapat membuat motif sendiri. Orang yang menenun tinggal melaksanakan pola yang telah ditentukan. Jadi, kerajinan menenun merupakan suatu pekerjaan yang sifatnya kolektif. Sebagai catatan, para penenun di Palembang seluruhnya dilakukan oleh kaum perempuan baik tua maupun muda. Keahlian menenun tersebut pada umumnya diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi lainnya.

Beberapa nama ragam hias atau motif tenun songket Palembang antara lain adalah: lepus piham, lepus polos, lepus puler lurus, lepus puler ombak-ombak, lepus bintang, lepus naga besaung, lepus bungo jatuh, lepus berantai, lepus lemas kandang, tetes meder, bungo cino, bungo melati, bungo inten, bungo pacik, bungo suku hijau, bungo bertabur, bungo mawar, biji pare, jando berhias, limas berantai, dasar limai, pucuk rebung, tigo negeri dan emas jantung. Untuk lebih jelasnya, lihat contoh-contoh di bawah ini.

Selain sebagai sesuatu yang berfungsi memperindah tenunan (songket), ragam hias juga mempunyai makna. Salah satu contohnya adalah bentuk ragam hias yang tekenal yaitu “naga besaung” (naga bertarung). Dalam hal ini naga dianggap sebagai binatang yang melambangkan kemakmuran dan kejayaan. Orang yang memakai tenun songket motif nago besaung tentulah mengharapkan akan mendapatkan kemakmuran dan kejayaan dalam hidupnya. Motif ini diambil dari salah satu unsur kebudayaan Cina yang menganggap naga sebagai suatu hewan mitologi yang dapat mendatangkan kemakmuran dan kajayaan.

Sebagai catatan, pada zaman dahulu kerajaan Sriwijaya banyak didatangi orang-orang asing dari Cina, India dan lain sebagainya untuk berdagang. Contoh yang lain adalah motif pucuk rebung dan bunga-bungaan (cengkeh, tanjung, melati, dan mawar). Rebung dianggap sebagai tumbuhan yang sejak kecil dapat digunakan untuk bahan sayuran. Ketika telah tumbuh besar dan menjadi bambu pun masih tetap berguna, yaitu sebagai bahan bangunan dan lain sebagainya. Orang yang memakai motif ini tentulah diharapkan akan berguna pula bagi masyarakatnya (seperti bambu yang sangat berguna bagi manusia). Sedangkan, bunga-bungaan melambangkan kesucian, keanggunan, rezeki dan kebaikan.

Merawat Songket Palembang

Ada banyak cara yang bisa dialkukan agar songket yang bernilai tinggi ini tidak mudah rusak, diantaranya:

1. Kain songket sebaiknya digulung mengelilingi batang pralon atau karton seperti menyimpan tekstil modern tetapi kain songket hendaknya dilapisi dahulu dengan kertas minyak, kertas roti atau kertas kopi. Jangan sekali-kali menggunakan kertas koran.

2. Kain dibungkus plastik disimpan dalam lemari dan diletakkan berdiri atau miring.

3. Lemari penyimpanan di beri butir-butir lada atau cengkeh yang ditakuti rayap atau ngengat.

4. Kain tidak boleh di dry clean atau di laundry jadi hanya diangin-anginkan.

Pembuatan Songket Palembang

Kain songket merupakan mahkota seni penenunan yang bernilai tinggi. Teknik pembuatannya memerlukan kecermatan tinggi. Benang lungsi sutera dimasukkan melalui sisir tenun dan heddle utama pada rangkaian kain dan diisi oleh benang sutra dan benang emas tambahan jika diperlukan guna membentuk pola simetris.

Bahan baku kain songket Palembng ini adalah berbagai jenis benang, seperti benang kapas, atau yang lebih lembut dari bahan benang sutera. Untuk membuat kain songket yang bagus, bahan bakunya berupa benang putih yang diimpor dari India, Cina atau Thailand. Sebelum ditenun, bahan baku diberi warna dengan jalan dicelup dengan bahan warna yang dikehendaki. Warna dominan dari tenun songket Palembang ini, merah. Namun, saat ini penenun dari Palembang ini sudah menggunakan berbagai warna, yaitu warna yang biasa digunakan untuk tekstil.

Dahulu, kain songket tradisional dicelup dengan warna - warna yang didapat dari alam, dan teknik ini diteruskan ke anak cucu secara turun temurun. Biasanya warna merah, didapat dari pengolahan kayu sepang dengan jalan mengambil inti kayunya dan direbus, dan mengkudu, yang didapat dari akarnya.

Warna biru didapat dari indigo, warna kuning didapat dari dari kunyit.Untuk mendapatkan warna sekunder seperti hijau, oranye dan ungu, dilakukan percampuran cat dari warna primer merah,biru dan kuning. Untuk mencegah agar warna tidak luntur atau pudar pada waktu pencelupan ditambahkan tawas.

Setelah benang diberi warna, lalu ditenun dengan alat yang sederhana. Penempatan benang-benang telah dihitung dengan teliti. Benang yang memanjang atau vertikal disebut lungsi, benang yang ditempatkan melebar atau horizontal disebut benang pakan. Hasil persilangan kedua jenis benang ini terangkai menjadi kain. Untuk mendapatkan motif songket berbenang emas, ditambahkan benang emas yang sudah dihitung dan ditenunkan di antara hasil tenunan tadi.

Karena rumitnya proses bertenun ini , sehelai kain dapat diselesaikan dalam waktu ber bulan - bulan. Apalagi di masa lalu, menenun dikerjakan oleh para ibu pada waktu senggang ketika pekerjaan mengurus rumah tangga atau bertani telah selesai. Tenun songket biasanya diberi motif berwarna emas. Benang emas yang dipakai ada tiga jenis , yaitu benang emas cabutan , benang emas Sartibi dan benang emas Bangkok.enang emas cabutan didapat dari kain songket antik yang sebagian kainnya sudah rusak, yang diurai kembali. Benang emas cabutan masih kuat karena dibuat dari benang katun yang dicelupkan ke dalam cairan emas 24 karat

Pengerjaaan yang rumit dengan mengurai kembali benang yang sudah ditenun ini menghasilkan kain songket yang baru yang berkesan antik. Dengan pembuatan dan pengerjaan yang harus sangat telaten ini wajarlah harga kain songket bisa berlipat ganda. Jenis yang kedua, benang emas Sartibi. yaitu benang emas sintetis dari pabrik benang di Jepang. Benang ini halus, dan tidak mengkilap, hasil tenunannya lebih halus dan ringan. Jenis benang emas yang ketiga yaitu benang Bangkok yang mengkilap dan memang didatangkan dari Bangkok.

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat songket, antara lain seperti alat tenun, rungsen, benang emas, benang merah, baliro, lidi, buluh, pleting dan lain sebagainya.
Dalam pembuatan songket diperlukan ketekunan, keuletan, dan kesabaran. Kalau dilakukan terburu-buru hasilnya tidak bagus. Waktu yang dibutuhkan untuk menenun satu songket biasanya paling cepat setengah bulan dan paling lama satu bulan. Waktu tersebut belum termasuk membuat motif. Sehingga untuk membuat satu songket waktu diperlukan bisa satu bulan setengah.

Proses pembuatan melalui beberapa tahapan, pertama yaitu pencelupan, Benang Sutera yang masih putih dicelup sesuai warna yang dikehendaki, setelah itu dijemur dengan bambu panjang di terik matahari untuk membuat kain dan selendang (ukuran lebar kain 90 cm untuk selendang 60 cm, sedangkan panjangnya 165 hingga 170).

Selanjutnya, adalah cabutan, atau proses pemisahan benang Emas dari songket lama. Satu persatu benang emas dipilih dan dipisahkan dari kain pakan dan lungsen lama yang akan diganti. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena benang emas yang sudah berumur tersebut bisa mengalami pengelupasan (rontok). Setelah benang dipisah dari kain yang lama, kemudian di rol dengan gulungan.

Biasanya, benang yang dipisahkan atau dicabut dari kain pakan dan lungsen mengalami putus-putus menurut lekuk dari kain. Maka dilakukan proses penyambungan. Setelah dilakukan penyambungan, benang emas digulung dengan plating yang dimasukkan ke dalam teropong (keduanya terbuat dari bambu) agar saat ditenun benang emas tidak terputus. Proses-proses tersebut memakan waktu hingga 10 hari.

Setelah proses pencabutan dan penggulungan, benang emas mulai ditenun, yaitu memasukkan benang emas dan benang sutera sesuai dengan motif. Sebelumnya dilakukan proses desain (pencukitan) dengan menggunakan lidi sesuai dengan motif yang dikehendaki. Lama proses penenunan ini memerlukan waktu mulai 2 hingga 3 bulan.

Bahan baku pembuatan songket yang hampir seluruhnya diimpor membuat harga jenis kain tergolong mahal. Benang sutra dan benang emas ini turun-temurun diimpor dari China, Jepang, dan Thailand. Namun benang sutra lokal dapat digunakan tetapi agak susah ditenun.

Selain jenis bahan baku yang dipakai, harga kain songket juga ditentukan oleh pola motif penuh atau motif tabur pada kain. Makin penuh bermotif tentu harganya makin mahal. Tingkat kerapatan tenunan songket juga turut memengaruhi harga.

Kain songket tidak bisa terkena panas atau disimpan di ruangan yang sembarangan. Perawatannya harus benar-benar diperhatikan. Setelah dipakai kain songket mesti diangin-anginkan terlebih dulu, kemudian digulung dan setiap tiga bulan sekali harus dibuka (dijabarkan) untuk menghilangkan bau atau ngengat yang mungkin ada di dalam lipatannya.

2. Peralatan dan Bahan Membuat Songket Palembang
Peralatan tenun songket Palembang pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua, yakni peralatan pokok dan tambahan. Keduanya terbuat dari kayu dan bambu. Peralatan pokok adalah seperangkat alat tenun itu sendiri yang oleh mereka disebut sebagai “dayan”. Seperangkat alat yang berukuran 2 x 1,5 meter ini terdiri atas gulungan/boom (suatu alat yang digunakan untuk menggulung benang dasar tenunan), penyincing (suatu alat yang digunakan untuk merentang dan memperoleh benang tenunan), beliro (suatu alat yang digunakan untuk membuat motif songket), cahcah (suatu alat yang digunakan untuk memasukkan benang lain ke benang dasar), dan gun (suatu alat untuk mengangkat benang).

Sedangkan, peralatan tambahan untuk mengatur posisi benang ketika sedang ditenun adalah peleting, gala, belero ragam, dan teropong palet. Peralatan tambahan tersebut diletakkan di sebelah kanan si penenun, agar mudah dicapai dengan tangan.

Bahan dasar kain tenun songket adalah benang tenun yang disebut lusi atau lungsin. Benang lungsin terbuat dari kapas, kulit kayu, serat pisang, serat nenas, dan daun palem. Sedangkan, hiasannya terdiri dari benang sutera dan benang emas2. Benang sutera berasal dari Taiwan dan China, sedangkan benang emas berasal dari India, Jepang, Thailand, Jerman dan Perancis. Selain benang, ada pula barang yang harus diimpor dari Jerman dan Inggris yaitu bahan pewarna benang.

Cara membuat benang lungsin dilakukan dengan menggunakan pemberat yang diputar dengan jari tangan. Pemberat tersebut berbentuk seperti gasing dan terbuat dari kayu atau terakota. Cara lain yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia bagian Barat (Sumatera, Jawa, Bali dan Lombok) adalah dengan menggunakan antih (alat yang terdiri dari sebuah roda lebar yang bisa diputar berikut pengaitnya untuk memutar roda tersebut). Sedangkan, untuk memperoleh warna tertentu3, benang yang akan diwarnai itu direndam dalam sabun selama kurang lebih 14 menit.

Maksudnya adalah agar benang tersebut hilang zat minyaknya. Setelah itu, baru dicelup dengan warna yang diinginkan, lalu dijemur. Selanjutnya, setelah kering, benang tersebut dikelos (digulung). Setelah itu, penganian, yaitu menyiapkan jumlah helai benang yang akan ditenun sesuai dengan jenis dan atau bentuk songket yang akan dibuat. Namun, dewasa ini hanya sebagian yang masih melakukannya. Sebagian lainnya langsung membeli benang-warna yang telah diproduksi oleh suatu pabrik di Indonesia atau yang diimpor dari India, Cina, Jepang atau Thailand.

3. Teknik Pembuatan Tenun Songket Palembang
Pembuatan tenun songket Palembang pada dasarnya dilakukan dalam dua tahap, yaitu: tahap menenun kain dasar dengan konstruksi tenunan rata atau polos dan tahap menenun bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari benang pakan. Masyarakat Amerika dan Eropa menyebut cara menenun seperti ini sebagai “inlay weaving system”.

a. Tahap Menenun Kain Dasar
Dalam tahap ini yang ingin dihasilkan adalah hasil tenunan yang rata dan polos. Untuk itu, langkah pertama yang dilakukan adalah benang yang sudah dikani, salah satu ujungnya direntangkan di atas meja. Sedangkan, ujung lainnya dimasukkan kedalam lubang suri (sisir). Pengisian benang ini diatur sedemikian rupa sehingga sekitar 25 buah lubang suri, setiap lubangnya dapat memuat 4 helai benang. Hal ini dimaksudkan untuk membuat pinggiran kain.

Sedangkan, lubang-lubang yang lain, setiap lubangnya diisi dengan 2 helai benang.
Setelah benang dimasukkan ke dalam suri dan disusun sedemikian rupa (rata), maka barulah benang digulung dengan boom yang terbuat dari kayu. Pekerjaan ini dinamakan menyajin atau mensayin benang. Setelah itu, pemasangan dua buah gun atau alat pengangkat benang yang tempatnya dekat dengan sisir. Sesuai dengan apa yang dilakukan, pekerjaan ini disebut sebagai “pemasangan gun penyenyit”.

Selanjutnya, dengan posisi duduk, penenun mulai menggerakkan dayan dengan menginjak salah satu pedal untuk memisahkan benang sedemikian rupa, sehingga benang yang digulung dapat dimasukkan dengan mudah, baik dari arah kiri ke kanan (melewati seluruh bidang dayan) maupun dari kanan ke kiri (secara bergantian). Benang yang posisinya melintang itu ketika dirapatkan dengan dayan yang ber-suri akan membentuk kain dasar.

b. Tahap Pembuatan Ragam Hias
Setelah kain dasar terwujud, maka tahap berikutnya (tahap yang kedua) adalah pembuatan ragam hias. Dalam tahap ini kain dasar yang masih polos itu dihiasi dengan benang emas atau sutera dengan teknik pakan tambahan atau suplementary weft. Caranya agak rumit karena untuk memasukkannya ke dalam kain dasar harus melalui perhitungan yang teliti. Dalam hal ini bagian-bagian kain dipasangi gun kembang agar benang emas atau sutera dapat dimasukkan, sehingga terbentuk sebuah motif.

Konon, pekerjaan ini memakan waktu yang cukup lama karena benang emas atau sutera itu harus dihitung satu-persatu dari pinggir kanan kain hingga pinggir kiri menurut hitungan tertentu, sesuai dengan contoh motif yang akan dibuat. Selanjutnya, benang tersebut dirapatkan satu demi satu, sehingga membentuk ragam hias yang diinginkan.

Lama dan tidaknya pembuatan suatu tenun songket, selain bergantung pada jenis tenunan yang dibuat dan ukurannya, juga kehalusan dan kerumitan motif songketnya. Semakin halus dan rumit motif songketnya, akan semakin lama pengerjaannya. Pembuatan sarung dan atau kain misalnya, bisa memerlukan waktu kurang lebih dua hingga enam bulan. Bahkan, seringkali lebih dari enam bulan karena setiap harinya seorang pengrajin rata-rata hanya dapat menyelesaikan kain sepanjang 5--10 sentimeter.

Sejarah Adis Songket

Adis Songket merupakan usaha keluarga milik Hj. Maria dan Kiagus H.A Karim yang didirikan tahun 2001 Sengaja mengambil nama Adis karena nama tersebut adalah nama panggilan untuk putri tunggalnya Nyayu Nur Komaria, S.kom.

Adis Songket Palembang di awali oleh Ibu Hj Maria Karim yang bertempat tinggal di 13 Ulu Plaju dimana memang sejak dahulu menjadi salah satu kawasan Pengrajin Songket Palembang.

Ibu Hj Maria telah menjadi salah satu Pengrajin Songket dengan menenun sendiri sejak beliau berusia 13 Tahun, dengan begitu Songket bagi Ibu Hj Maria telah begitu mendarah daging dan menyatu sekali dengan dirinya. Selain sebagai salah satu mata pencarian juga dapat membantu melestarikan budaya sendiri.

Sejak tahun 1998 ibu Hj Maria memulai membuka usaha Songket sendiri di rumahnya di 13 Ulu dan puncaknya setelah pulang dari menunaikan ibadah Haji di tahun 2001 ibu Hj Maria mulai memberanikan diri dengan merekrut para pengrajin baik dari tetangga sendiri, para ibu rumah tangga bahkan dari luar daerah Palembang sebanyak lebih kurang 30 Orang Pegawai agar dapat memproduksi songket beliau, sebagaimana sejak saat itu Ibu Hj Maria mulai menjadi Distributor tetap di sejumlah Butik dan Rumah Songket terkemuka di Kota Palembang.

Songket karya dari rumah “Adis Songket” ini juga mendapat sambutan hangat tidak hanya dari dalam Kota Palembang namun juga dari berbagai Kota di Indonesia seperti Lampung, Jakarta, Bandung, dam Yogyakarta.

Sejak saat itu banyak Perusahaan dan Beberapa wadah organisasi merangkul Adis Songket untuk menjadi Rekaan bahkan Mitra Binaan mereka. Melalui tangan puteri semata wayangnya Nyayu Nur Komariah (ADIS) yang meruapakan sarjana Komputer & e-Commerce, Adis Songket Palembang mulai untuk lebih memperkenalkan diri tidak hanya di Kota Palembang, namun juga secara nasional bahkan internasional melalui media online.

Nyayu Nur Komariah (Adis)















Nama pemberian orang tuanya adalah Nyayu Nur Komaria. Namun sejak keci ia akrab disapa Adis. Adis lahir di Palembang 23 Tahun yang lalu.

Adis merupakan puteri semata wayang dari pasangan Bapak H. Ki Agus Abdul Karim (Pengusaha yang juga Wakil Ketua Himpunan Zuriat Keturunan Kesultanan Palembang) serta Ibu Hj Maria Karim (Pengusaha Songket sejak tahun 1998).

Salah satu juara Gadis Palembang 2006 ini, berusaha memadukan latar belakang pendidikannya sebagai seorang Sarjana Komputer serta pemegang sertifikat diploma e-commerce, dengan latar belakang usaha keluarga di bidang produsen dan perdagangan kain Palembang, khususnya songket.

Setelah resmi mengundurkan diri sebagai karyawan tetap BRI sejak Mei 2008, adis memutuskan untuk meneruskan dan mengembangkan usaha yang telah lama dirintis oleh ibunya. Adis sendiri memang telah mengenal dan memahami tentang songket dari Ibunya.

Sejak itu adis mulai mengembangkan Adis Songket mulai dari mengembangkan Butik / Gallery Adis Songket di Kota Palembang, serta Butik Online berbasis e-Commerce. Disamping itu untuk lebih menyebarluaskan berbagai Informasi mengenai Songket dan Kain-kain Palembang Adis juga mengelolah sebuah Blog khusus songket Palembang (Klik saja: http://www.adissongket.blogspot.com/).

Sabtu, 10 Mei 2008

Pameran dan Penghargaan





Sejak tahun 2004, ADIS SONGKET mulai mengikuti beberapa pameran kerajinan baik skala lokal maupun nasional pernah diikuti Adis Songket.

1. Tahun 2004 Pameran di JCC Jakarta dalam Event INACRAFT 2004 (sebagai wakil Mitra Binaan PT. Pertamina (Persero) Palembang UPMS II)

2. Tahun 2005 di Yogyakarta daam Event Citra Karya Wanita Indonesia. Di Event ini adis Songket Palembang mendapatkan Juara Stand terbaik dan terlengkap pada Citra Karya Wanita Indonesia dan mendapatkan ucapan selamat dari Disperindag Kota Palembang.

3. Tahun 2006 Pameran kembali di JCC Jakarta dari Pemerintahan Sumsel.

4. Tahun 2006 di Kota Bandung dari Dinas Disperindag.

5. Tahun 2006 Pameran di Sriwijaya Expo Kota Palembang di buka oleh Presiden SBY.

6. Tahun 2007 Pameran di Pekan Raya Jakarta (PRJ) dari IWAPI Kota Palembang.

Jumat, 09 Mei 2008

Hubungi Kami

Alamat Showrooms / Gallery Adis Songket:
Jl. KH. Azhari 13 Ulu Depan Pesantren Ar-Riyadh No. 1120 RT. 27 Palembang 30263, Sumatera Selatan - Indonesia

Telp : +62711 517444
HP : +62812-7853544
Email :
1. adissongket@telkom.net
2. adissongket@yahoo.com