Minggu, 11 Mei 2008

Nilai Budaya Songket Palembang

Tenun Songket Palembang, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: kesakralan, keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran.

Nilai kesakralan tercermin dari pemakaiannya yang umumnya hanya mengenakannya pada peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan upacara, seperti perkawinan, upacara menjemput tamu dan lain sebagainya. Nilai keindahan tercermin dari motif ragam hiasnya yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin akan terwujud sebuah tenun songket yang indah dan sarat makna.

[1] Gun dapat dibagi menjadi dua yaitu: gun pengenyit yang digunakan untuk mengangkat benang yang akan dijadikan sebagai dasar konstruksi kain (polos) dan gun kembang yang digunakan untuk mengangkat benang yang akan dijadikan sebagai motif songket.

[2] Benang emas yang digunakan untuk kain tenun songket Palembang ada 3 jenis, yaitu: benang emas cabutan, benang emas sartibi, dan benang emas bangkok. Benang emas yang pertama diperoleh dari kain songket antik yang sebagian kainnya sudah rusak.. Benang emas ini masih kuat karena dibuat dari benang katun yang, konon, dicelupkan ke dalam cairan emas 24 karat Benang emas yang kedua adalah benang emas sintetis yang diimpor dari Jepang. Jenis benang ini halus, tidak mengkilap, dan hasil tenunannya ringan. Sedangkan, benang emas yang ketiga yaitu benang emas Bangkok yang mengkilap dan diimpor dari Bangkok (Thailand).

[3] Dahulu, kain songket tradisional dicelup dengan warna-warna yang didapat dari alam, dan teknik ini diteruskan ke anak cucu secara turun temurun. Biasanya warna merah, didapat dari pengolahan kayu sepang dengan jalan mengambil inti kayunya dan direbus, dan mengkudu, yang didapat dari akarnya. Warna biru didapat dari indigo, warna kuning didapat dari dari kunyit. Untuk mendapatkan warna sekunder seperti hijau, oranye dan ungu, dilakukan percampuran cat dari warna primer merah,biru dan kuning. Untuk mencegah agar warna tidak luntur atau pudar pada waktu pencelu.

Tidak ada komentar: